POTRET TUKANG SAMPAH
Dengan perut
lapar dan harapan kosong
Aku
menelanmu, jakarta
Kukunyah-kunyah
sebuah mikrolet tua
Onggokan
sampah telah jadi menu utamaku
Roda gerobak
adalah sendok dan garpu
Tuhan,
jangan beri aku uang
Baunya lebih
kecut ditimbang sampahku
Mendingan di
bayang-bayang pohon mangga
Aku
menyiapkan cerita untuk anak cucu
Untukmu,
jakarta
Untuk
pengemudi bajaj, penyalur genteng
Dan pedagang
kaki lima
Jakarta,
seribu tahun genap sudah
Engkau masih
compang-camping, luka-luka
Tangis bayi
dan jerit wanita di mana-mana
Bianglala di
atas perkampungan
Bikin cinta
terbakar dalam perut lapar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar