Sabtu, 30 November 2013

Puisi POTRET TUKANG SAMPAH


POTRET TUKANG SAMPAH

Dengan perut lapar dan harapan kosong
Aku menelanmu, jakarta
Kukunyah-kunyah sebuah mikrolet tua
Onggokan sampah telah jadi menu utamaku
Roda gerobak adalah sendok dan garpu

Tuhan, jangan beri aku uang
Baunya lebih kecut ditimbang sampahku
Mendingan di bayang-bayang pohon mangga
Aku menyiapkan cerita untuk anak cucu
Untukmu, jakarta
Untuk pengemudi bajaj, penyalur genteng
Dan pedagang kaki lima

Jakarta, seribu tahun genap sudah
Engkau masih compang-camping, luka-luka
Tangis bayi dan jerit wanita di mana-mana
Bianglala di atas perkampungan
Bikin cinta terbakar dalam perut lapar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar